Kekeliruan Sayyid Quthub dalam menilai sejarah Islam

Diposting oleh Abu Najih on 26 Oktober 2011


Oleh : Hafedz
Disadur dari Buku Prof. DR. Yusuf Qardhawi “Meluruskan Sejarah Islam”

Kali ini saya akan membawakan sebuah tulisan yang menyajikan sikap ekstrim pemikir muslim, terutama seorang aktivis senior gerakan dakwah; Sayyid Quthub. Pandangan Sayyid Quthub ini dituliskan dalam sebuah kitabnya “Al Adalah al ijtima’iyyah fi al islam”. dan disini saya akan khusus membahas bagian buku tersebut yang mengupas sejarah Islam.- perlu diketahui, dalam membahas al qur’an Sayyid Quthub memiliki dua buah buku yang sangat berharga yaitu al taswhir al fanni fi al qur’an serta Al masyahid al qiyamah fi al qur’an. akan tetapi saat itu beliau menulis itu dalam kapasitas sebagai sastrawan yang menangkap dan merasakan keindahan bahasa al qur’an lebih menonjol daripada seorang penulis yang menyeru masyarakat kepada al qur’an-
Pada kitab “Al Adalah al ijtima’iyyah fi al islam”. beliau telah menulis tentang ruh Islam dan pengaruhnya dalam perjalanan sejarah. Beliau juga menceritakan berbagai bukti kehebatan Islam dalam berbagai zaman. Akan tetapi, ketika beliau menulis tentang Sayyidina Ustman serta masa kekuasaan Marwan bin Hakam (salah seorang penguasa Dinasti Umayyah), Sayyid Quthub menuliskan secara ekstrem. Beliau menuliskan bahwa dalam menjalankan kekuasaannya merekajauh dari Islam. Menurut beliau, diantara karakter Ustman yang menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa yang banyak ditentang oleh para sahabat dan menyebabkan terjadinya berbagai fitnah yang merundung umat Islam adalah karena beliau terlalu memperhatikan kerabatnya. Sayyid Quthub menulis:
Diantara penyebab terjadinya pelanggaran terhadap aturan agama dalam kekuasaan Ustaman; pada saat Ustman berkuasa yang lebih dominan adalah keberpihakannya terhadap keluarga Umayyah. hal ini semakin parah terjadi di Syam dan beberapa wilayah sekitarnya. Sehingga akibat dari kebijakan politik Ustamn ini kekayaan bertumpuk di pihak tertentu. dengan demikian hal ini menimbulkan sikap yang revolusioner dari sebagian umat Islam. saya tidak memungkiri bahwa pada periode ini sangat berjasa dan memiliki peran yang besar terhadap kemuliaan Islam, akan tetapi bencana yang ditimbulkan dari kebijakan politik saat itu tidak dapat disepelekan.
Akhirnya Ustman menghadap Tuhannya..akan tetapi ia hanya mewariskan kekuasaan Bani Umayyah. Karena kebijakan politik selama Ustman menjadi khalifah yang sangat berpihak kepada keluarga Umayyah (terutama di Syam) mereka semakin kuat sehingga terbangunlah sebuah negara kerajaan yang penguasanya berganti secara turun-temurun dan memonopoli berbagai kekayaan negara. Hal ini juga sangat banyak mengikis nilai Islam di kalangan masyarakat luas. Oleh sebab itu opini yang tersebar di kalangan rakyat (benar atau salah), bahwa khalifah Ustman terlalu mengutamakan keluarga besarnya, sehingga ia memberikan tunjangan kepada mereka sebanyak ribuan dinar dan menyingkirkan para sahabat Rasulullah lainnya dan mengangkat musuh Rasulullah untuk menjadi penguasa. Oleh sebab itu mereka menyingkirkan orang shaleh seperti Abu Dzar karena beliau menolak penimbunan harta yang dilakukan penguasa serta memprotes berbagai kemewahan yang dimiliki oleh keluarga penguasa. Beliau selalu menyerukan agar para penguasa bersikap seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah s.a.w: Agar rajin berinfak, berbuat kebaikan serta menjaga harga diri (dari kerakusan).
Dengan demikian, konsekuensi dari opini yang berkembang di kalangan masyarakat luas ini (benar atau salah) banyak menimbulkan sikap yang sangat revolusioner dan frustasi. Kondisi ini menimbulkan sikap revolusioner pada mereka yang jiwanya sudah dipenuhi oleh keimanan, karena mereka tidak dapat menerima sikap penguasa, serta membuat marah mereka yang senantiasa menjadikan Islam sebagai pegangan hidup dan hatinya masih bersih, tidak terkotori oleh berbagai kemewahan duniawi. Semua ini terjadi di masa-masa akhir kekuasaan Ustman. 
Pendapat Sayyid Quthub tentang Ustman dan Bani Umayyah tersebut telah memancing kritikan dari berbagai penulis dan pemikir Islam. Mereka melihat tulisan Sayyid Quthub terlalu menuduh Ustman r.a. Sedangkan kritikan saya kepada Sayyid Quthub adalah karena beliau telah menutup kebaikan yang telah disumbangkan Ustman untuk Islam

Posting Komentar