Beda Antara Penasihat dan Pencela

Diposting oleh Abu Najih on 1 Juli 2011


Penasihat dan Pencela

Ibnu Rajab rahimahullah berkatai :

قال الفضيل : ( المؤمن يستر وينصح والفاجر يهتك ويُعيِّر ) .
فهذا الذي ذكره الفضيل من علامات النصح والتعيير ، وهو أن النصح يقترن به الستر والتعيير يقترن به الإعلان .
وكان يقال : ( من أمر أخاه على رؤوس الملأ فقد عيَّره ) أو بهذا المعنى .
وكان السلف يكرهون الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر على هذا الوجه ويحبون أن يكون سراً فيما بين الآمر والمأمور فإن هذا من علامات النصح فإن الناصح ليس له غرض في إشاعة عيوب من ينصح له وإنما غرضه إزالة المفسدة التي وقع فيها . وأما إشاعة وإظهار العيوب فهو مما حرمه الله ورسوله قال الله تعالى : (إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) (النور:19)
والأحاديث في فضل السر كثيرةٌ جدَّاً .
وقال بعض العلماء لمن يأمر بالمعروف : ( واجتهد أن تستر العصاة فإن ظهور عوراتهم وهن في الإسلام أحقُّ شيء بالستر : العورة ).

“Al-Fudlail (bin ‘Iyaadl) berkata : ‘Seorang mukmin itu senantiasa menutupi (kesalahan) dan menasihati saudaranya. Sedangkan seorang faajir senantiasa menjatuhkan dan mencela saudaranya’. Apa yang dikatakan oleh Al-Fudlail ini termasuk tanda-tanda (perbedaan antara) nasihat dan celaan. Termasuk tanda-tanda nasihat selalu diiringi dengan menutupi kesalahan saudaranya. Adapun celaan senantiasa diiringi dengan pembeberan kesalahan saudaranya. Dulu pernah dikatakan : ‘Barangsiapa memerintah saudaranya di depan khalayak ramai, sungguh ia telah mencelanya (dengan perbuatannya itu)’. Atau perkataan yang semakna.[1]

Adalah salaf membenci tindakan ‘amar ma’ruf nahi munkar’ dengan cara demikian. Mereka menyukai hal itu dilakukan secara sirr (sembunyi-sembunyi) antara yang memerintah dan yang diperintah; karena ini merupakan tanda-tanda dari nasihat. Sesungguhnya orang yang memberi nasihat tidaklah bertujuan menyiarkan aib-aib orang yang ia nasihati. Tujuannya (seharusnya) hanyalah menghilangkan mafsadah pada perkara tersebut. Adapun penyebaran dan penampakan aib-aib, maka itu termasuk hal yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala telah berfirman :‘Sesungguhnya orang-orang yang senang dengan tersiarnya khabar tentang perbuatan keji itu di kalangan kaum mukminin, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat’ (QS. An-Nuur : 19).

Dan hadits-hadits yang berbicara tentang keutamaan memberi nasihat secara sirrsangat banyak.

Sebagian ulama berkata pada orang yang hendak ber-amar ma’ruf : ‘Bersungguh-sungguhlah dalam menutupi orang yang melakukan kemaksiatan, karena menampaknya aurat (aib) mereka adalah kelemahan dalam Islam. Sesuatu yang lebih berhak untuk ditutupi adalah : ‘aurat (aib)’.

فلهذا كان إشاعة الفاحشة مقترنة بالتعيير وهما من خصال الفجار لأن الفاجر لا غرض له في زوال المفاسد ولا في اجتناب المؤمن للنقائص والمعايب إنما غرضه في مجرد إشاعة العيب في أخيه المؤمن وهتك عرضه فهو يعيد ذلك ويبديه ومقصوده تنقص أخيه المؤمن في إظهار عيوبه ومساويه للناس ليُدخل عليه الضرر في الدنيا .
وأما الناصح فغرضُه بذلك إزالة عيب أخيه المؤمن واجتنابه له وبذلك وصف الله تعالى رسوله صلى الله عليه وسلم فقال : (لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ) (التوبة:128)
ووصف بذلك أصحابه فقال : (مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْأِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً) (الفتح:29) .
ووصف المؤمنين بالصبر والتواصي بالمرحمة .
وأما الحامل للفاجر على إشاعة السوء وهتكه فهو القوة والغلظة ومحبته إيذاء أخيه المؤمن وإدخال الضرر عليه وهذه صفة الشيطان الذي يزيِّن لبني آدم الكفر والفسوق والعصيان ليصيروا بذلك من أهل النيران كما قال الله : (إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ) (فاطر:6) .

Oleh karenanya, penyebaran kekejian akan beriringan dengan celaan, dan keduanya merupakan tabiat orang-orang fajir. Karena, orang fajir itu tidak bertujuan untuk menghilangkan mafsadah dan tidak pula menjauhkan orang-orang mukmin dari macam-macam kekurangan dan aib. Mereka itu hanyalah bertujuan untuk menyebarkan aib saudaranya mukmin semata serta mengoyak kehormatannya. Dan maksud/tujuannya merendahkan saudaranya yang mukmin dengan jalan menampakkan segala aib dan kekurangannya itu di hadapan manusia adalah agar dapat menimpakan kepadanya kesulitan/bahaya di dunia.[2]

Adapun seorang pemberi nasihat sejati, maka tujuannya adalah menghilangkan aib saudaranya mukmin dan menjauhkannya dari hal itu. Oleh karenanya, Allah ta’alamensifati Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan firman-Nya : ‘Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin’ (QS. At-Taubah : 128).

Allah ta’ala juga telah mensifati para shahabatnya radliyallaahu ‘anhum dengan hal itu melalui firman-Nya : ‘Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar’ (QS. Al-Fath : 29).

Allah ta’ala telah mensifati orang-orang mukmin dengan kesabaran, saling nasihat-menasihati, dan kasih sayang.[3]
Adapun faktor yang membawa orang faajir menyebarkan kejelekan dan membukanya adalah karena semangat, adanya sifat kasar, dan kesenangannya untuk menyakiti saudaranya mukmin, serta menimpakannya bahaya. Ini adalah sifat syaithan yang senantiasa menghiasi manusia dengan kekufuran, kefasikan, kemaksiatan sehingga menjadikan mereka sebagai penduduk neraka. Allah ta’ala berfirman : ‘Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala’ (QS. Faathir : 6).

وقال بعد أن قص علينا قصته مع نبي الله آدم عليه السلام ومكرَه به حتى توصل إلى إخراجه من الجنة : ( يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا)(لأعراف: من الآية27).
فشتان بين من قصده النصيحة وبين من قصده الفضيحة ولا تلتبس إحداهما بالأخرى إلا على من ليس من ذوي العقول الصحيحة .
وعقوبة من أشاع السوء على أخيه المؤمن وتتبع عيوبه وكَشَفَ عورته أن يتبع الله عورته ويفضحه ولو في جوف بيته كما رُوي ذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم من غير وجه وقد أخرجه الإمام أحمد وأبو داود والترمذي من وجوه متعددة .
وأخرج الترمذي من حديث واثلة بن الأسقع عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " لا تُظْهِر الشماتة بأخيك فيعافيه الله ويبتليك " . وقال : حسن غريب .
وخرَّج أيضاً من حديث معاذ مرفوعاً : " من عيَّر أخاه بذنب لم يمت حت يعمله " وإسناده منقطع .
وقال الحسن : ( كان يقال : من عيَّر أخاه بذنب تاب منه لم يمت حتى يبتليه الله به "
ويُروى من حديث ابن مسعود بإسناد فيه ضعف : " البلاء موكل بالمنطق فلو أن رجلاً عيَّر رجلاً برضاع كلبة لرضعها ".
وقد رُوي هذا المعنى عن جماعة من السلف .
ولما ركب ابن سيرين الدَّيْن وحبس به قال : ( إني أعرف الذنب الذي أصابني هذا عيَّرت رجلاً منذ أربعين سنة فقلت له : يا مفلس ) .

Allah ta’ala juga berfirman kepada kita sebuah kisah tentang syaithan/iblis dengan tipu muslihatnya dengan Nabi Aadam ‘alaihis-salaam, hingga berhasil mengeluarkannya dari surga : ‘Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya’ (QS. Al-A’raaf : 27).

Maka, sangat jauhlah perbedaan antara orang yang bertujuan memberi nasihat dengan orang yang bertujuan membuka kejelekan. Tidaklah akan tercampur antara satu dengan yang lainnya, kecuali bagi orang yang tidak mempunyai akal sehat.

Ganjaran bagi orang yang menyebarkan kejelekan saudaranya yang mukmin, mencari-cari kesalahannya, serta menyingkap aurat mereka; maka Allah kelak akan mencari-cari kesalahan orang tersebut meskipun ia berada di dalam rumahnya sendiri, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih dari satu jalan. Al-Imam Ahmad, Abu Daawud, dan At-Tirmidziy telah meriwayatkannya dalam banyak jalan.

Dan telah diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Waatsilah bin Al-Asyqa’, dari Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : ‘Janganlah kamu merasa senang atas bencana yang menimpa saudaramu, karena siapa tahu Allah kemudian hari memberinya rahmat dan sebaliknya mengujimu’. At-Tirmidziy berkata : ‘Hasan ghariib’.[4]

Diriwayatkan pula dari hadits Mu’aadz secara marfuu’ : ‘Barangsiapa yang mencela saudaranya atas satu dosa yang diperbuatnya, maka ia tidak akan mati sebelum melakukan perbuatan yang sama’. Sanadnya munqathi’ (terputus).[5]

Al-Hasan (Al-Bashriy) berkata : ‘Pernah dikatakan : Barangsiapa mencela saudaranya atas satu dosa yang ia telah bertaubat darinya, maka orang tersebut tidak akan mati sebelum Allah menimpakan hal yang serupa terhadapnya’.
Dan diriwayatkan dari hadits Ibnu Mas’uud dengan sanad yang padanya terdapat kelemahan : ‘Musibah itu diwakilkan dengan lisan seseorang. Seandainya ada seseorang yang mencela orang lain menyusu kepada seekor anjing, niscaya orang yang mencela tersebut kelak akan menyusu darinya (anjing)’.

Diriwayatkan juga perkataan semakna dari sekelompok salaf.

Dan ketika Ibnu Siiriin tertimpa hutang yang menyebabkan ia dipenjara, ia berkata : ‘Sesungguhnya aku mengetahui dosa yang menyebabkan aku tertimpa musibah ini. Aku pernah mencela seseorang empat puluh tahun yang lalu, yang waktu itu aku berkata kepadanya : ‘Wahai orang yang bangkrut !”

[selesai – Al-Farqu Bainan-Nashiihah wat-Ta’yiir oleh Ibnu Rajab Al-Hanbliy – maktabah islamspirit, Free Program].

Itu saja yang dapat saya tuliskan, semoga dapat diambil manfaatnya, terutama yang barusan selesai berbicara….

Wallaahu a’lam bish-shawwaab.

sumbernya : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/12/al-imaam-abu-daawud-rahimahullah.html

http://www.facebook.com/notes/dony-arif-wibowo/beda-antara-penasihat-dan-pencela/10150218077549008

Posting Komentar