Mencari ‘Like’ dan ‘Comments’ di FB itukah Tujuanmu Utamamu...???!!!

Diposting oleh Abu Najih on 29 Juni 2011

Like Facebook

Tidak penting berapa orang yang like/comments status/notes-mu (yang bermanfa’at), yang penting, mereka dapat membacanya.. dan dapat mengambil pelajaran terhadapnya, terlebih lagi apabila mereka dapat mengamalkannya. Ini saja sudah merupakan kebaikan yang banyak!

Ada dua poin penting mengenai hal ini:

1. Keutamaan orang yang menyebarkan hal-hal yang bermanfa’at.
2. Peringatan bagi orang yang mengamalkan amalan akhirat tapi mengincar dunia dengannya.

1. Keutamaan orang yang menyebarkan hal-hal yang bermanfa’at

Råsulullåh shållallåhu alayhi wa sallam bersabda :

من دعاء إلى هُدَى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه، لا ينقص ذلك من أجورهم شيئاً
“Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, ia mendapatkan pahala seperti pahalan orang yang mengikutinya, yang demikian tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”

ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه، لا ينقص ذلك من آثامهم شيئاً
“Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, yang demikian tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
[HR. Muslim]1

Hadits ini –dan hadits-hadits yang semisal dengannya- terkandung di dalamnya : anjuran untuk berdakwah kepada petunjuk dan kebaikan serta keutamaan orang yang menyerukannya; dan tahdzir (peringatan) dari berdakwah kepada kesesatan dan kebinasaan serta besarnya dosa dan balasan orang yang menyerukannya.

Petunjuk (al-Huda) adalah : ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh.

Maka semua orang yang mengetahui ilmu, jika ia mengarahkan orang-orang yang belajar menuju jalan yang padanya akan dihasilkan ilmu untuk mereka; maka ia adalah da’i (penyeru) kepada petunjuk.

Dan semua orang yang menyeru kepada amal sholeh yang berhubungan dengan hak Alloh atau hak-hak makhluk yang umum dan khusus; maka ia adalah da’i kepada petunjuk.

Semua orang yang memberi nasihat dalam agama atau duniawi yang akan sampai dengannya kepada agama; maka ia adalah da’i kepada petunjuk.
Coment Facebook

Semua orang yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amalnya, lalu diikuti orang lain; maka ia adalah da’i kepada petunjuk.

Semua orang yang mempersembahkan kepada orang lain dengan amal yang baik atau yang disyari’atkan dan umum manfa’atnya; maka ia masuk dalam nash ini.

Dan kebalikan semua itu adalah da’i kepada kesesatan.

Para penyeru kepada petunjuk mereka adalah imamnya orang-orang yang bertakwa dan sebaik-baik orang mu’min.
Para penyeru kepada kesesatan : mereka adalah para imam yang menyeru ke neraka.

Semua orang yang menolong orang lain dalam kebaikan dan takwa, maka ia termasuk da’i kepada petunjuk.
Semua orang yang menolong orang lain dalam dosa dan permusuhan, maka ia adalah da’i kepada kesesatan.
[Diterjemahkan dari kitab Syarh Jawami'il Akhbar karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, hadits ke-10, sumber : http://sahab.org. Catatan kaki oleh Abu Shilah]

2. Peringatan bagi orang yang mengamalkan amalan akhirat tapi mengincar dunia dengannya.
Ingatlah… Diantara tanda-tanda keikhlashan adalah:
1. TIDAK KECEWA ketika like/comments sedikit/tidak ada.
2. TIDAK BANGGA ketika like/comments banyak.
3. TIDAK MARAH ketika status/notes-nya yang mengandung kesalahan dan kekeliruan diluruskan orang lain.
4. TIDAK LUPA DIRI ketika status/notes-nya yang mengandung banyak manfa’at dipuji oleh banyak orang.
5. TIDAK MENANTI-NANTI ada ‘like’ atau ‘comments’ yang mengandung pujian.

Apalah artinya pujian yang tinggi dari manusia jika Allåh menghinakan kita?!
Apalah artinya hinaan yang sangat rendah dari manusia jika Allåh memuliakan kita?!
Allåh memiliki surga, yang dijanjikannya kepada mukhlishin, sedangkan manusia FAQIR tidak memiliki apa-apa dan tidak dapat dipegang janjinya, maka harapkanlah Allåh!
Allåh memiliki neraka, yang diancamkan kepada orang-orang yang riya, sum’ah, dan ujub, sedangkan manusia tidak dapat memberikan mudhåråt kepada sebagian yang lain kecuali Allåh Menghendakinya, maka takutlah kepada Allåh!
Semoga bermanfa’at
Catatan Kaki:
  1. Demikian yang tertulis dalam file Syarh Jawami’il Akhbar yang ada pada kami, yakni dengan lafadz (من دعاء…), seharusnya (من دعا …), yakni tanpa hamzah. Sehingga lafadznya:
    مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
    HR. Muslim (2674), Abu Dawud (4609), at-Tirmidzi (2674), Ibnu Majah (206), Ahmad (9149), ad-Darimi (513), Ibnu Hibban (112), Abu Ya’la (6489), dll. ↩

Posting Komentar